Produk

Rabu, 03 Juli 2013

MEMBUAT FILM SABLON SENDIRI

Sebelum kita mulai mengafdruk screen sablon, maka kita memerlukan sebuah film sablon.

Fungsi dari film sablon adalah memblok cahaya yang masuk saat proses penyinaran dilakukan (afdruk). Obat Afdruk yang terblok akan tetap mudah dibersihkan oleh air, sedangkan obat afdruk yang terekspos cahaya akan bereaksi dan mengeras, sehingga akan sulit untuk ditembus oleh cairan.

Setidaknya, sebuah film sablon yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini:
- Bahannya harus transparant, semakin transparant semakin baik.
- Tidak memuai saat diprint, sehingga tidak ada pergeseran letak hasil print.
- Tinta yang ter-print di Film Sablon harus hitam pekat dan bergaris tajam/solid.

Ada beberapa bahan yang bisa kita gunakan untuk membuat sebuah film sablon, diantaranya adalah:
Film sablon atau film yang akan digunakan untuk mentransfer gambar ke screen pada umumnya terbagi menjadi:
1. Film dengan Kertas HVS
2. Film dari bahan Kertas Kalkir
3. Film dengan dasar Plastik  

1. Film dengan Kertas HVS
bila dibandingkan dengan bahan lain film dengan menggunakan kertas HVS harganya sangat murah. sumber gambar bisa dari print komputer atau dari hasil foto copy. sebenarnya dari pola gambar yang sudah tercetak di kertas hvs asalkan cetakannya pekat dapat langsung digunakan untuk film, namun karena kertas hvs tidak transparan, maka waktu penyinarannya lebih lama dan sering hasil afdrukannya tidak maksimal. Untuk mengatasinya biasanya kertas hvs dibuat transprant dengan mengolesi minyak sayur atau sejenisnya dibagian belakang gambar, dengan cara ini kertas hvs akan menjadi transparan seperti halnya kertas kalkir (lihat vidio proses pengolesan minyak). Kelemahan menggunakan teknik ini adalah film tidak bisa disimpan dalam waktu lama karena akan berbau tengik disebabkan olesan minyak sayur tadi, atau kalau tidak berbau tengik sifat transprannya akan berkurang karena hilangnya olesan minyak tadi. Walau begitu cara ini masih layak digunakan khususnya untuk gambar yang tidak detail, sebab prosesnya yang cepat dan biaya yang murah.
Kertas HVS

2. Film dari bahan Kertas Kalkir
Sejak komputer dan printer khususnya printer jenis laserjet berkembang dan maju dengan pesat proses film  sablon turut dimudahkan dengan film kertas kalkir, hal ini sangat jauh bila dibandingkan sebelumnya dimana jika membuat huruf dengan cara manual melalui huruf gosok dan menggambar dengan tinta untuk membuat film dikalkir. Sekarang membuat film diatas kalkir sangat mudah dan cepat , hanya dengan mengeprint pola gambar menggunakan print laser dan film kertas kalkirpun langsung siap.
Kelemahan menggunakan printer laser jika kita membutuhkan gambar dengan tingkat persisi yang tinggi, sebab pada proses pengeringan tinta pada print laser menggunakan pemanas yang mengakibatkan pemuaian pada kertas kalkir, sehingga hasil cetakan yang satu dan cetakan selanjutnya pada print laser akan mengalami penggeseran (tidak tepat) hal ini sangat jelas terlihat bila pola yang kita print lebar (ukuran HVS/kwarto)
Kertas Kalkir

3. Film dengan Bahan dasar Plastik  
Dari bahan yang digunakan untuk film ini yaitu plastik, maka jelas sifat transparanya mencapai 100% jadi untuk waktu adruknyapun menjadi lebih cepat. Film dengan bahan plastik astralon/mika dan sejenisanya bisa dibagi kedalam 3 golongan berdasarkan proses pembuatan filmnya :
a. Melalui proses Printer laser/foto copy
Dengan printer laser atau fotocopy proses membuat film diatas plastik mika ini bisa dilakukan, akan tetapi untuk gambar yang membutuhkan tingkat persisi (ketepatan pisah warna) tinggi tidak dianjurkan. sebagaimana diketahui bahwa plastik akan mudah memuai/molor bila terkena panas tinggi yang digunakan pada printer laser/fotocopy utuk memadatkan(mengeringkan) tinta dalam proses cetaknya. hal ini yang menyebabkan gambarnya tidak tepat.

b. Melalui Proses Printer khusus
Printer jenis ini sangat akurat dalam membuat film dengan bahan plastik, ketajaman gambar, persisi pisah warna dan daya tahan filmnya sangat sempurna, bahkan untuk ukuran raster dapat disesuikan dengan keinginan. hanya saja printer ini harganya sangat mahal, jadi biasanya digunakan bagi pengusaha yang bertujuan khusus membuka jasa pembuatan film, harga filmnyapun relatif mahal bila dibandingkan dengan menggunakan film lain biasanya harga dihitung berdasarkan percentimenter persegi (cm2), sehingga hanya cocok bila digunakan untuk pekerjaan dengan order dalam jumlah besar.

c. Melalui proses Repro
Proses repro merupakan proses pembuatan film dengan sistem penyinaran (Afdruk) dimana plastik khusus yang peka terhadap sinar akan bereaksi terhadap sinar dan kemudian membentuk gambar sesuai dengan gambar yang disinari. Hasil dari film repro ini sangat tajam dan persisi serta tahan lama. Namun proses repro ini melalui langkah yang agak panjang seperti halnya proses adruk, yaitu penyinaran, pengembangan dan pengeringan sehingga kurang praktis untuk membuat film yang membutuhkan waktu cepat, harganya juga masih relatif mahal bila dibandingkan dengan proses yang print langsung.
Plastik Mika

Mesin Printer Sablon

Dari macam-macam jenis dan proses film tersebut anda dapat menentukan sendiri yang cocok dan pas untuk sebuah pekerjaan.

FILM SABLON CARA BARU
Dengan menggunakan film sablon ini anda akan memperoleh hasil setajam repro dengan ketepatan yang hampir 100% akurat berbahan dasar plastik  transparan sehingga mempercepat waktu afdruk dengan hasil yang sempurna, dengan biaya semurah film kalkir bahkan mungkin lebih murah, sebab film ini bisa didaur ulang jadi lebih ramah lingkungan dan hanya dengan perangkat penunjang yang cukup murah

Bila anda ingin membuat film sablon sendiri maka anda dapat mempertimbangkan untuk mempelajari ilmu design grafis. Namun, bila anda merasa tidak/kurang berbakat dalam bidang design, maka anda bisa mencari jasa setting komputer atau design grafis di sekitar daerah pusat percetakan di kota anda.

Selain anda akan dibantu oleh jasa yang mereka tawarkan, anda juga bisa memperluas jaringan dan ilmu anda, karena biasanya mereka sudah banyak tahu mengenai dunia sablon dan percetakan.

Sumber: beberapa media

Selasa, 02 Juli 2013

JENIS-JENIS BAHAN KAIN




Kain-kain yang kami jelaskan di bawah ini, umumnya digunakan untuk kaos tipe T-shirt (kaos oblong), Untuk kaos tipe polo shirt/ Berkerah biasanya digunakan kain rajutan cotton pique / lacoste. Untuk jenis jaket (jaket, jumper, cardigan, ataupun hoodie) biasanya digunakan bahan fleece. Jika anda mengutamakan kenyamanan ketika pemakaian utamakan memilih bahan yang asli 100% katun.

 

1. KATUN (combed 20s, 24s, 30s) - Jenis-jenis Bahan Kain Kaos
Bahan katun combed terbuat murni 100% dari serat kapas alami. Bahan combed berkarakteristik memiliki tekstur yang halus, dingin, nyaman, dan menyerap keringat, sehingga sangat nyaman dan cocok dipakai di Negara tropis seperti Indonesia. Kain Combed memiliki serat benang yang lebih halus dan rata sehingga penampilannya akan menjadi lebih halus , rata dan rapih. Ada beberapa jenis kain combed yang ada di pasaran. Hal ini dibedakan berdasarkan jenis benang yang digunakan serta setting gramasinya (gr/m2). Kami menyediakan 3 varian combed, Ada combed 20s, 24s, 30s. hal yang membedakan adalah ketebalan kain combed. Kain 20s memiliki ketebalan yang paling tebal, sedangkan combed 30s memiliki ketebalan yang paling tipis. Kain Combed 20s merupakan kain yang paling banyak dipakai dan menjadi favorit kaos distro karena selain kenyamanan ketika digunakan, harganya juga tidak mahal.
combed bahan kaos

2. CARDET (20s, 30s) - Jenis-jenis Bahan Kain Kaos
Dibandingkan dengan kain combed , kain cotton cardet memiliki serat benang yang kurang halus. Kain cardet merupakan kain KW1 nya kain combed sehingga Hasil rajutan dan penampilan bahan kurang halus dan kurang rata. karena harganya relatif lebih murah dibandingkan cotton combed, bahan cotton cardet sering digunakan untuk kaos-kaos dengan target pasar kelas menengah, misalnya untuk kaos pabrik, seragam buruh, dan juga kaos oblong olahraga.

3. POLYESTER dan PE - Jenis-jenis Bahan Kain Kaos
Polyester sesuai namanya, merupakan bahan serat sintetis yang terbuat dari bahan ester (dalam hal ini hasil sampingan minyak buni dan dibuat bahan berupa serat fiberpoly). Dibandingkan katun, kain jenis ini lebih tipis, agak kasar, dan tidak bisa menyerap keringat sehingga sangat panas ketika dipakai.

4. TC (TETERON COTTON) - Jenis-jenis Bahan Kain Kaos
seiring dengan kemajuan teknologi, terpengaruh juga teknologi pengolahan bahan kain. Banyak bahan kain hasil dari penggabungan katun dan Polyester, salah satunya adalah TC. Jenis bahan ini merupakan campuran dari 35% cotton combed dan 65% polyester. TC ini seperti PE, terasas panas ketika memakainya karena kurang bisa menyerap keringat. Namun kelebihannya bahan ini lebih tahan kusut, dan tidak mudah melar meski sudah lama dipakai.

 5. VISCOSE - Jenis-jenis Bahan Kain Kaos
Viscose biasa juga disebut rayon. Sebuah bahan serat sintesa celulosa organic (buatan manusia) yang biasa digunakan sebagai bahan kain. Teksturnya memiliki kesamaan dengan tekstur kapas. Viscose biasanya digunakan untuk menambahkan kenyamanan pada serat sintesis dan juga menambah kecerahan warna. Serat Viscose mempunyai tahanan kelembaban yang lebih tinggi, kecemerlangan warna yang lebih baik dan lebih lembut dibanding kapas. Namun kain ini terkesan mewah, sehingga harganya mahal dan jarang tersedia di pasaran.

6. CVC ( COTTON VISCOSE) - Jenis-jenis Bahan Kain Kaos
Jenis bahankaos ini adalah campuran dari 55% Cotton Combed dan 45% Viscose. Kelebihan dari bahan ini adalah tingkat shrinkage-nya (susut pola) lebih kecil dari bahan Cotton. Jenis bahan ini juga bersifat menyerap keringat.

7. HYGET - Jenis-jenis Bahan Kain Kaos
Jenis bahan ini terbuat dari plastic dan sangat tipis, oleh karena itu harganya sangat murah. Namun bahan ini, bisa dibilang kurang layak dan nyaman untuk dijadikan kaos. Biasanya pembuatan kaos dengan bahan ini dilakukan jika ingin membuat kaos dengan jumlah massal tetapi dana yang tersedia tidak terlalu banyak. Bahan ini banyak digunakan untuk keperluan kampanye partai.

8. Bahan Lacoste
Kata "Lacoste" diambil dari sebuah brand kaos kerah merk "Lacoste" (gambar buaya). Bahan lacoste ini biasanya digunakan untuk kaos polo atau kaos kerah. Bahan ini memiliki permukaan yang bolong-bolong (jahitannya). Bahan lacoste sendiri memiliki harga yang relatif mahal jika dibandingkan bahan kaos. Biasanya bahan lacoste dipadukan dengan bordiran bukan sablon. Bahan lacoste terbagi menjadi lacoste PE, lacoste pique, lacoste cvc, lacoste cotton.
Bahan lacoste biasa digunakan untuk kaos kerah atau polo shirt.

Demikian share tentang jenis-jenis bahan kain. Moga bermanfaat.. :)

Diambil dari beberapa sumber media

Jumat, 28 Juni 2013

JENIS-JENIS TINTA SABLON

Tinta di atas bahan kaos ada dua jenis, yaitu tinta yang berbasis air atau waterbase inks dan tinta yang berbasis minyak atau solvenbase. Tinta solvenbase sering disebut dengan istilah plastisol.

JENIS TINTA WATERBASE:

TINTA RUBBER:
Tinta ini digunakan khusus untuk sablon diatas kain gelap. Sebab tinta ini bersifat pekat, dapat menutup permukaan warna kain dengan baik. Tinta rubber umumnya digunakan untuk underbase, underbase sendiri difungsingkan sebagai penutup warna kain sebelum penyablonan warna-warna diatasnya. Tinta rubber sendiri dibagi menjadi dua jenis untuk dua fungsi kegunaan. Jenis pertama adalah tinta rubber white yang digunakan untuk underbase/dasar, bisa juga digunakan untuk mendapatkan warna-warna pastel/muda. Jenis kedua adalah rubber color yang digunakan untuk pencampuran warna-warna tua. Untuk mendapatkan warna putih yang bersih dan cemerlang, campurkan tinta rubber white dengan sedikit pigmen/pewarna berwarna nila atau ungu.

TINTA TRANSPARAN:
Umumnya disebut dengan coating, karena dapat difungsikan sebagai pelapisan hasil sablon, sehingga hasil sablon lebih cemerlang atau mengkilap. Tinta ini memiliki bentuk seperti tinta extender yang transparan, tetapi memiliki kandungan yang lebih kuat atau lebih keras. Tinta ini baik sekali untuk teknik penyablonan separasi empat warna dengan terlebih dahulu memberikan rubber white pada permukaan bahannya.

TINTA EXTENDER:
Tinta in bersifat transparan, hanya cocok untuk penggunaan diatas bahan putih atau bahan-bahan berwarna terang. Sifat dari cat ini adalah menyatu/menyerap pada bahan.

TINTA SUPER WHITE:
Tinta ini tidak hampir sama dengan tinta rubber, terdiri dari dua jenis yaitu white dan color. Tinta ini sifatnya lebih mendekati tinta extender yaitu menyatu dengan bahan dan transparan, serta dapat disablon diatas dasar bahan berwarna gelap. Kelemahan dari tinta jenis ini adalah tidak dapat menutup dengan rapat permukaan bahan walau telah dilakukan penyablonan berkali-kali.

TINTA PUFF/TIMBUL:
Tinta ini terdapat pada kedua jenis tinta baik underbase maupun plastisol. Tinta ini memerlukan pemanasan yang akan mengakibatkan tinta ini mengembang dengan efek timbul.

TINTA SOLVENBASE/PLASTISOL:
Tinta ini berbahan dasar PVC dan harganya cukup mahal serta membutuhkan peralatan khusus untuk pengeringannya. Sebab tinta ini tidak dapat kering dengan sendirinya seperti tinta waterbase pada umumnya. Untuk dapat kering dengan baik, tinta ini memerlukan suhu mencapai 160 derajat celcius serta membutuhkan beberapa peralatan seperti conveyor curing dan flash curing. Setelah pengeringan dengan benar, tinta plastisol ini memiliki daya rekat yang sangat baik. Tinta ini sering digunakan untuk menciptakan efek-efek yang menakjubkan seperti high density. Dan t-shirt yang menggunakan tintaplastisol selalu diberi peringatan “Do not iron on design”, sebab tinta ini akan meleleh jika terkena panas secara langsung dari setrika.

JENIS TINTA PLASTISOL:

TINTA ALL PURPOSE:
Tinta ini berbentuk transparan, bersifat seperti extender pada tinta waterbase. Sebab tinta ini hanya baik digunakan pada kain berwarna putih atau terang.

TINTA HIGH OPACITY:
Tinta ini mempunyai sifat seperti rubber dalam waterbase, hanya saja tinta ini mempunyai daya tutup yang lebih baik pada permukaan bahan jika dibandingkan dengan tinta rubber. Tinta ini dapat digunakan untuk teknik high density.

TINTA ATHLETIC PLASTISOL:
Tinta ini bersifat lentur atau elastis sehingga sangat cocok untuk penyablonan diatas kain polymesh, spandex atau kain dengan motif berlubang-lubang.

JENIS TINTA DAN TEKNIK LAINNYA:

CORK BASE:
Berjenis plastisol, tinta ini dapat digunakan untuk teknik high density yang akan menghasilkan efek seperti busa atau gabus. Tinta ini memiliki kelenturan dan fleksibelitas yang tinggi sehingga cukup baik untuk penyablonan diatas bahan yang memiliki kelenturan tinggi seperti bahan Spandek dan Rib. Tinta ini juga tidak diperbolehkan untuk di dry clean, bleach atau disetrika.

SHIMMER GOLD & BASE:
Tinta dari jenis plastisol ini diformulasikan untuk menghasilkan warna seperti metalik. Tinta ini berbentuk pasta dan siap pakai. Tinta ini sangat baik digunakan untuk heat transfer, baik itu cold peel maupun hot peel. Sangat baik digunakan pada kain knitting, cotton, polyster dan rayon. Tidak disarankan untuk pemakaian
pada kain jenis nylon atau lycra.

YELLOW SPARKLE:
Bubuk yang diformulasikan untuk menimbulkan kesan berkelip-kelip, serta memiliki
tampilan yang glosy. Untuk mencetak bubuk ini, sebelumnya harus mencetakkan tinta plastisol sebagai dasar sekaligus sebagai perekat bubuk ini.

HIGH DENSITY CLEAR:
Tinta yang bersifat transparan, tinta ini menghasilkan efek sablon yang mengkilap dan terkesan basah.

WILFLEX LUNA CLEAR:
Tinta plastisol transparan yang tidak terlihat dengan sinar lampu biasa, akan muncul jika terkena sinar ultraviolet.

FOIL TRANSFER:
Aluminium foil dalam bentuk lembaran seperti kertas. Selain warna silver dan gold,
foil juga tersedia dalam macam warna dan motif. Untuk media tempelnya foil ini membutuhkan lem khusus.

FLOCK:
Teknik sablon yang menghasilkan efek cetakan seperti beludru. Terdapat dua jenis flock, bubuk dan lembaran. Untuk lembaran membutuhkan lem khusus sebagai media perekatnya.

SUGAR PRINTING:
Aplikasi sablon yang berbentuk bubuk transparan mirip gula pasir.

GLOW IN THE DARK:
Berbentuk serbuk yang menyerap dan memantulkan sinarnya kembali didalam ruangan gelap.

REFLECTIVE POWDER:
Serbuk yang dapat memantulkan sinar jika terkena cahaya lampu atau sinar matahari.

NATURAL SUADE:
Tinta plastisol yang menghasilkan efek kulit yang sangat lembut.

DISCHARGE AGENT:
Adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencabut warna dasar kain, sehingga warna bahan menjadi putih/grey. Dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, bahan pewarna
kainnya harus dipilih dengan yang dischargeable.

DISTRESSED atau VINTAGE:
Teknik inovasi grafik dengan membuat tekstur sehingga gambar terlihat pecah-pecah dan terlihat usang/kuno.

SHATTER BASE:
Jenis tinta untuk menciptakan kesan pecah (crack). Tinta ini diciptakan agar mudah pecah saat mengering dan untuk pengeringan membutuhkan flash curing.

ROCK BASE:
Teknik high density menggunakan tinta rock base untuk menghasilkan cetakan dengan
permukaan kasar seperti batu.

SUBLIMATION TRANSFER:
Gambar yang dicetak diatas kertas transfer, yang kemudian ditransfer ke kaos menggunakan hotpress. Sublimation transfer umumnya terbagi dalam menjadi dua jenis,
hot peel dan cold peel.

HOT PEEL:
Gambar yang diprint diatas kertas transfer.

COLD PEEL:
Kertas transfer yang berisi gambar jadi dengan berbagai jenis pilihan. Jenis cold peel ini jika diaplikasikan diatas kain kaos akan menghasilkan tekstur seperti tinta rubber, dan dapat diaplikasikan diatas dasar bahan terang maupun gelap.
Sebab dalam pembuatannya cold peel menggunakan tinta plastisol.

RHINESTONES HEAT PRESS:
Aplikasi yang digunakan untuk dekorasi dalam garmen, mempunyai beragam nama sesuai
dengan bahan yang digunakan, anatara lain nailheats, rhinestones dan swarovski crystals. Cara pengaplikasiaannya hanya dengan memanaskannya dengan mesin hot press
pada suhu 160 derajat celcius selama 10 detik.

HIGH FREQUENCY WELDING:
Proses aplikasi menggunakan mesin high frequency, seperti aplikasi plastik PVC diatas
kain.

EMBOSS PRINT:
Aplikasi yang menggunakan mesin press tekanan tinggi untuk menciptakan hasil emboss
diatas bahan.

Sumber: Basic Screen Printing for T-Shirt, Benny Setiawan Rahardjo.

Kamis, 17 November 2011

SEJARAH DISTRO

Distro, singkatan dari distribution store atau distribution outlet adalah jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri. Distro umumnya merupakan industri kecil dan menengah (IKM) yang sandang dengan merk independen yang dikembangkan kalangan muda. 
Produk yang dihasilkan oleh distro diusahakan untuk tidak diproduksi secara massal, agar mempertahankan sifat eksklusif suatu produk dan hasil kerajinan. Bentuk awal distro adalah usaha rumahan dan dibuat etalase dan rak untuk menjual t-shirt. Kini, industri distro sudah berkembang, bahkan dianggap menghasilkan produk-produk yang memiliki kualitas ekspor. Pada tahun 2007diperkirakan ada sekitar 700 unit usaha distro di Indonesia, dan 300 diantaranya ada di Bandung. Distro dan industri clothing kini sudah menjadi industri besar meskipun pelakunya banyak yang berskala kecil atau amat kecil. Setidaknya terdapat 400 industri clothing dan kaos distro di Bandung dgn omzet Rp 25 miliar per bulan. Distro pun sudah menyebar di 94 kota di Indonesia. 
 
Konsep distro berawal pada pertengahan 1990-an di Bandung. Saat itu band-band indefenden di Bandung berusaha menjual merchandise mereka seperti CD/kaset, t-shirt, dan sticker selain di tempat mereka melakukan pertunjukan. Selain komunitas musik, akhirnya banyak komunitas lain seperti komunitas punk dan skateboard yang kemudian juga membuat toko-toko kecil untuk menjual pakaian dan aksesori mereka Meski begitu, pada pergantian abad ke-20, arus utama mode mulai mengadopsi berbagai gaya yang berasal dari pinggir, yg ”liyan”. Desainer muda yg muncul pada era itu, entah karena mengalami sendiri atau karena melihat, dan ingin muncul dgn ”gaya berbeda” lalu mengadopsi gaya berpakaian ekstrem itu, seperti Jean-Paul Gauliter dan Vivienne Westwood pada awal karier mereka. Kini, keduanya adalah desainer dan pengusaha mode besar di arus utama.

(Dari beberapa sumber)

Senin, 22 Agustus 2011

Sejarah T-Shirt


Dalam sejarahnya, T-shirt bukan bagian dari dunia fashion (atau mari katakanlah, dunia berpakaian secara baik). Pada awalnya, T-shirt hadir sebagai baju “daleman” para anggota U.S. Navy untuk melindungi bulu dada mereka (hahaha). Ada beberapa pabrikan yang kemudian mulai membuatnya sebagai produk yang lebih massal, tapi itu pun belum menjadi sebuah pakaian pantas pakai sehari-hari (Scott Fresner, 1995).http://gieproject.wordpress.com/wp-includes/js/tinymce/plugins/wordpress/img/trans.gif
Adalah seorang Clark Gable yang kemudian dianggap sebagai penyebar virus T-shirt ini. Juga ada nama-nama seperti Marlon Brando, James Dean, dan sang “Raja” Elvis Presley diawal-awal karirnya.
Perlahan namun pasti, T-shirt mulai menjadi bagian dari busana keseharian yang tidak hanya dipakai untuk daleman, tetapi juga menjadi pakaian luaran. Pada pertengahan tahun 50an, T-shirt sudah mulai menjadi bagian bagian dari dunia fashion. Namun baru pada tahun 60an ketika kaum hippies mulai merajai dunia, T-shirt benar-benar menjadi state of fashion itu sendiri. Sebagai sebuah simbol (lagi-lagi) anti kemapanan, para hippies ini menggunakan T-shirt sebagai salahsatu simbolnya.
Semenjak saat itulah revolusi T-shirt terjadi secara total. Para penggiat bisnis menyadari bahwa T-shirt dapat menjadi medium promosi yang amat efektif serta efesien. Segala persyaratan sebagai medium promosi yang baik ada di T-shirt. Murah, mobile, fungsional, dapat dijadikan suvenir, dan seterusnya.http://gieproject.wordpress.com/wp-includes/js/tinymce/plugins/wordpress/img/trans.gif
Disaat yang bersamaan, kelompok-kelompok tertentu macam hippies, komunitas punk, atau organisasi politik, juga menyadari bahwa T-shirt dapat menjadi medium propaganda yang sempurna selain medium yang telah ada. Statement apapun dapat tercetak diatasnya, tahan lama, dan penyebarannya mampu melewati batas-batas yang tidak dapat dicapai oleh medium lain, seperti poster misalnya.
Dengan segala kesempurnaannya, T-shirt tidak lagi menjadi sederhana. Jelas, secara fungsional benda tersebut masih berlaku sebagai sebuah sandang. Namun dibalik itu semua, T-shirt memiliki value yang melebihi dari fungsi dasarnya.
Sebagai media promosi, medium ini benar-benar dimanfaatkan secara maksimal hingga pada titik yang tak terbayangkan sebelumnya. Kini, konsumen dapat dengan bangga membeli T-shirt dengan logo sebuah produk tertera diatasnya kemudian dipakainya. Artinya, dia secara langsung membeli untuk mempromosikan produk yang bersangkutan secara sukarela (tentu saja orang tersebut tidak akan mendapatkan bayaran sepeser pun untuk itu).
Selain menjadi sebuah citraan, T-shirt jelas menjadi pengantar dari citra / image yang ampuh. Ketika diproduksi secara massal, T-shirt mampu melakukan konstruksi atas citra tertentu.
Perang visual melalui medium T-shirt ini menjadi sesuatu yang menarik. Saat ini mungkin kita sudah tak lagi heran ketika menemukan logo MTV tertera pada sebuah T-shirt yang diletakkan diemperan bersama T-shirt berlogo semacam Levis, Coca cola, Slank, atau bahkan “Si Wajah Pribumi” Iwan Fals. Siapa sangka, si Benyamin pun sekarang ikut serta dalam perang ikon T-shirt dikalangan muda saat ini.
Kekuatan T-shirt sebagai medium pengantar pesan visual hampir setara dengan kekuatan televisi. Kemudian, yang menjadikannya menarik untuk terus ditilik adalah; “siapa menguasai siapa”. Ketika T-shirt bisa menjadi sebuah ikon identitas atau bahkan identitas itu sendiri, maka bisa jadi si pemakai sesungguhnya telah terjajah oleh apa yang ia pakai. Layaknya ketika realitas TV telah merangsek kedalam realitas keseharian.


Sejarah T-Shirt di Indonesia
Dulu benda ini yang tidak jelas siapa penemunya ini hanya dipakai sebagai pakaian dalam oleh kaum pria. Ketika itu warna dan bentuknya (model) itu-itu melulu. Maksudnya, benda itu berwarna putih, dan belum ada variasi ukuran, kerah dan lingkar lengan.
T-shirt alias kaos oblong ini mulai dipopulerkan sewaktu dipakai oleh Marlon Brando pada tahun 1947, yaitu ketika ia memerankan tokoh Stanley Kowalsky dalam pentas teater dengan lakon “A Street Named Desire” karya Tenesse William di Broadway, AS. T-shirt berwarna abu-abu yang dikenakannya begitu pas dan lekat di tubuh Brando, serta sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Pada waktu itu penontong langsung berdecak kagum dan terpaku. Meski demikian, ada juga penonton yang protes, yang beranggapan bahwa pemakaian kaos oblong tersebut termasuk kurang ajar dan pemberontakan. Tak pelak, muncullah polemik seputar kaos oblong.
Polemik yang terjadi yakni, sebagian kalangan menilai pemakaian kaos oblong – undershirt – sebagai busana luar adalah tidak sopan dan tidak beretika. Namun di kalangan lainnya, terutama anak muda pasca pentas teater tahun 1947 itu, justru dilanda demam kaos oblong, bahkan menganggap benda ini sebagai lambang kebebasan anak muda. Dan, bagi anak muda itu, kaos oblong bukan semata-mada suatu mode atau tren, melainkan merupakan bagian dari keseharian mereka.
Polemik tersebut selanjutnya justru menaikkan publisitas dan popularitas kaos oblong dalam percaturan mode. Akibatnya pula, beberapa perusahaan konveksi mulai bersemangat memproduksi benda itu, walaupun semula mereka meragukan prospek bisnis kaos oblong. Mereka mengembangkan kaos oblong dengan pelbagai bentuk dan warna serta memproduksinya secara besar-besaran. Citra kaos oblong semakin menanjak lagi manakala Marlon Brando sendiri – dengan berkaos oblong yang dipadu dengan celana jins dan jaket kulit – menjadi bintang iklan produk tersebut.
Mungkin, dikarenakan oleh maraknya polemik dan mewabahnya demam kaos oblong di kalangan masyarakat, pada tahun 1961 sebuah organisasi yang menamakan dirinya “Underwear Institute” (Lembaga Baju Dalam) menuntut agar kaos oblong diakui sebagai baju sopan seperti halnya baju-baju lainnya. Mereka mengatakan, kaos oblong juga merupakan karya busana yang telah menjadi bagian budaya mode.
Demam kaos oblong yang melumat seluruh benua Amerika dan Eropa pun terjadi sekita tahun 1961 itu. Apalagi ketika aktor James Dean mengenakan kaos oblong dalam film “Rebel Without A Cause”, sehingga eksistensi kaos oblong semakin kukuh dalam kehidupan di sana.
Di Indonesia, konon, masuknya benda ini karena dibawa oleh orang-orang Belnda. Namun ketika itu perkembangannya tidak pesat, sebab benda ini mempunyai nilai gengsi tingkat tinggi, dan di Indonesia teknologi pemintalannya belum maju. Akibatnya benda ini termasuk barang mahal.
Namun demikian, kaos oblong baru menampakkan perkembangan yang signifikan hingga merambah ke segenap pelosok pedesaan sekitar awal tahun 1970. Ketika itu wujudnya masih konvensional. Berwana putih, bahan katun-halus-tipis, melekat ketat di badan dan hanya untuk kaum pria. Beberapa merek yang terkenal waktu itu adalah Swan dan 77. Ada juga merek Cabe Rawit, Kembang Manggis, dan lain-lain.
Selanjutnya, tidak hanya di Amerika dan Eropa, di Indonesia pun kaos oblong sudah menjadi media berekspresi. Kaos oblong yang berwarna putih itu diberi gambar vinyet, dan waktu itu sempat menjadi tren/mode di kalangan anak muda Indonesia. Tapi tidak lama. Berikutnya vinyet digeser oleh tulisan-tulisan yang berwarna-warni. Tekniknya sepeprti sablon. Selain itu, ada juga gambar-gambar koboi, orang-orang berambut gondrong, dan lain-lain. Warna bahan kaos oblong pun sudah semarak, yaitu merah, hitam, biru kuning. Dan, tren kaos oblong rupa-rupanya direkam pula oleh Kartunis GM Sudarta melalui tokoh Om Pasikom dan kemenakannya dengan tajuk “Generasi Kaos Oblong”

Sumber: (Harian Kompas, 14 Januari 1978).

HARDBandung